Minggu, 28 Desember 2008

Pembawa Sial 2

Tulisan saya tentang Pembawa Sial terdahulu bisa jadi bermaksud ganda. Maksud pertama melucu, (moga-moga memang lucu) Dan maksud kedua tentu saja tentang makna sial. Untung - rugi, Pintar - bodoh dsb. Benarkah Anda sedang sial? Benarkah dia lebih beruntung dari Anda? Menurut pendapat saya jawabannya adalah TIDAK!

Mari kita tengok dari dua aspek. Aspek vertical, sering kita dengan sengaja melibatkan Tuhan dalam urusan duniawi kita. "Ini memang sudah rencana Tuhan." (kalau sedang dirundung masalah). "Tuhan memang maha pengasih lagi penyayang." (kalau kita lagi dapat untung besar) Kita manusia memang mahluk yang suka "cuci tangan" suka menggantungkan tanggung jawab. Saya mengatakan, Tuhan sesungguhnya tidak pernah aktif dalam keseharian kita. Akan saya gambarkan seperti ini:

"Peristiwa turunnya Bhagawadgitha kepada Arjuna sesungguhnya punya sisi lain yang sudah secara gamblang dipertontonkan kepada kita, yaitu gambaran tentang diri kita sendiri. Kereta ibarat badan kasar kita, kuda - kuda (saya lupa jumlahnya, tapi yang pasti walau dihitung "cc" tetap saja lebih besar dan liar dari pada Harley Davidson sekalipun) ibarat indriya pusat segala muara nafsu dan keinginan, tali - tali sais ibarat keberanian nyali kita, sais/kusir sang Kresna adalah intuisi/microcosmos dan Arjuna adalah segala akal-budi manusia. "Perintahlah Aku wahai Arjuna, sesungguhnya Aku adalah Kusirmu dan tali - tali sais yang mengikat kuda - kuda ini akan menggerakkan kereta kemanapun kau mau!" Tatkala Arjuna bimbang maka kuda - kuda indriya pun linglung. Mereka akan berlari kesana kemari sesuai arus kebingungan tuannya. Mereka bisa saja diam atau malah lebih gawat berlari liar dan masuk jurang. Lalu bagaimana peran sang Kresna? Tidakkah Ia memiliki hak veto? Sang Kresna - intuisi kita - adalah advisor, Ia bertindak sebagai pemberi wejangan, berbisik dengan lembut kepada Arjuna tentang kebenaran. Ia memegang tali - tali sais itu tetapi kekuasaan tetap pada Arjuna sang akal-budi. Di hiruk pikuk perang kehidupan ini memang agak sulit untuk benar - benar meyakini itu bisikan Kresna atau malah bisikan kusir tetangga sebelah. Itulah kenapa kadangkala kita goyah, lengah dan tersesat. Hanya Arjuna yang fokuslah yang dapat mendengar kusirnya sendiri. Hanya Arjuna yang tenang dan jernihlah yang dapat menguasai keretanya sendiri.

Seperti itulah kita dikehidupan ini. Kitalah yang memilih untuk berjalan kemana. Bila kita limbung dan bimbang berjalan maka tentu kesialan akan menghadang didepan. Dan bila kita jernih, fokus menguasai diri maka sudah barang tentu kita akan sampai pada tujuan yang sebenarnya yaitu kebahagiaan.

Lalu ada pula aspek yang kedua, aspek horizontal, hubungan antar manusia berikut lingkungannya. Tidak jarang pula kita menyalahkan orang lain atas kesalahan langkah - langkah kita. Kita hampir selalu ingin merasa benar diatas orang lain.

Ingatlah, bila kita panik dan bimbang kita cenderung ingin menguasai orang lain. Tapi bila kita bijaksana kita cenderung ingin menguasai diri sendiri!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar