Sabtu, 13 Desember 2008

Yadnya "Love All Serve All"

"Hidup untuk bekerja, hakekat bekerja adalah melayani, melayani dengan tulus iklas adalah cinta dan Yadnya adalah adalah wujud cinta yang hakiki"

Membuka kembali lembar demi lembar perjalanan hidup adalah kegiatan rutin sehari - hari semenjak berita duka meninggalnya kakak saya. Bukan, saya bukan tipe melankolis sempurna. Karena saya sadar ini hanya siklus dan pasti akan selalu terulang dalam hidup saya. Saat ini saya sedang menjadi kepompong. Saya sedang membungkus diri saya dari dunia luar, kembali merenung di kedalaman hati. Hingga tiba saatnya nanti sayap - sayap cantik akan kembali menerbangkan saya. Itu pasti ...

Pagi ini saya membongkar kembali tumpukan - tumpukan buku, majalah, selebaran, tabloid, brosur, koran ... wait a minute ... tabloid, tabloid orti. Edisi 02 tanggal 25 Agustus 2002. Dengan tabloid inilah saya mengawali perjalanan bisnis saya. Karena tabloid inilah saya banyak belajar. Salah satunya adalah belajar menulis (selain tentu saja belajar menjadi lopernya saat selesai cetak). Saya baca satu per satu artikelnya. Dan mata saya terhenti di sebuah artikel bertajuk Analogi. Sesuai namanya, artikel ini menyampaikan pesan - pesan moral kepada siapa saja terutama pebisnis, sesuai dengan pangsa pasar tabloid saya saat itu. Kurang lebih berikut petikan kisah yang termuat dalam artikel:

Sang Atma yang pada kehidupannya didunia selalu berbuat kebajikan mendapatkan tiket istimewa. Tour berkeliling ke dua tempat. Dengan diantar oleh Sang Suratma, Sang Atma lalu memulai perjalannya. Sesuai permintaan, dia mengawalinya dengan berkunjung ke neraka terlebih dahulu. Begitu tersentuh hatinya melihat pemandangan yang ada didepan matanya. Sekelompok atma duduk bersila mengelilingi sebuah wajan berukuran jumbo. Masing - masing atma memegang sebuah sendok. Badan mereka kurus - kurus. Padahal makanan yang tersaji di wajan itu sangatlah banyak dan lezat - lezat. "Bagaimana mereka bisa menderita seperti itu wahai Sang Suratma?" tanya Sang Atma kepada tour guidenya. "Tunggulah sejenak anakku, kau akan segera tahu." jawabnya. Benar saja, tak lama kemudian Sang Atma melihat betapa pertanyaannya tadi telah terjawab. Mereka atma - atma tadi tidak dapat menikmati hidangan yang tersaji diwajan itu karena setiap kali mereka berusaha mendekatkan sendok yang telah terisi makanan kedalam mulutnya, saat itu juga sendok itu memanjang. Alih - alih mereka bisa menyuap makanan itu. Sendok - sendok itu terus saja memanjang tak terhingga.

Suasana yang sama ia dapati juga di surga. Atma - atma duduk bersila mengelilingi wajan, makanan super lezat dan sendok - sendok ditangan. Semua sama, hanya saja hanya satu yang berbeda. Saat sendok - sendok itu memanjang, mereka langsung menyuapkannya kepada atma disebelahnya. Demikian seterusnya, mereka bisa menikmati hidangan lezat itu dengan memberikannya kepada orang lain.

Melayani adalah aspek dalam kehidupan. Tak terkecuali bisnis sekalipun. Pelayanan tulus iklas penuh cinta adalah dasar yang kokoh dalam membangun citra. Menjadi pemenang dalam pertarungan bisnis adalah karena melayani dengan sepenuh hati. Tentu saja pelayanan yang dimaksud adalah pelayanan berorientasi kepada konsumen bukan kepada pemegang saham, pimpinan usaha, kepala kantor dan sebagainya dan sebagainya. Ingat! Budaya ABS (Asal Bos Senang) terbukti telah menyengsarakan bangsa ini. Jadi jangan ulangi.

"Selalu tempatkan diri Anda sebagai pelayan dan rasakan apa yang mereka (konsumen) hadapi dengan hidup pas-pasan, sederhana dan rendah hati" Konoke Matsushita - Founder Matsushita Electric Industrial Co.

Hari ini saya masih dalam kepompong. Tapi saya sudah merasakan sayap - sayap indah telah tumbuh. Hingga nanti tiba saatnya saya akan terbang lebih tinggi lagi, terbang lebih jauh lagi. Itu pasti ...

1 komentar:

  1. hehehehe..hikz...benar sekali...berbagi adaalah kunci utama untuk kesemuanya.
    mengerti ttg sesuatu apalagi itu berkah...sabar dan menerima..adalah kunci kebahagiaan sekalipun dalam usaha.

    setiap manusia punya kekuatan dan kemampuan serta batasan sendiri bukan?jadi untuk apa kita berlatih dengan ingin menguasai semuanya??

    dengan menyadari dan menghormati kelebihan dan kekurangan orang lain...adalah kunci keberhasilan hidup.karena disitu waktu kita untuk belajar...

    BalasHapus